S
esungguhnya ilmu tanpa amal adalah omong kosong dan dusta kepada Allah. Dan Amal tanpa ilmu juga omong kosong karena amal yang tidak dilandasi dengan ilmu akan rusak, karena orang yang melakukan sesuatu tanpa ilmu akan melakukan dengan semaunya sendiri.Adalah dusta kepada Allah, tatkala seseorang mengaku beriman tanpa menunjukkan tanda-tandanya, yaitu seperti deraian air mata ahli ibadah, rintihan orang-orang yang berdosa, dan tasbih orang yang berdiri dengan tunduk.
Termasuk dusta kepada Allah, tatkala ditulis dalam akte kelahiran kita saat kita dilahirkan bahwa kita orang muslim, lalu dituliskan pula pada akte kematian setelah kematian kita sebagai seorang muslim, padahal kita tidak membawa keislaman kecuali hanya namanya saja, dan tidak membawa Al-Qur'an selain tulisannya saja.
Berdusta kepada Allah, tatkala kita membawa tasbih panjang, menggulir-gulirkannya saat pergi dan pulang, tetapi kita tidak membawa dalam diri kita selain hati yang sudah mati, perkara-perkara yang haram kita langgar, dan batas-batas Allah kita sia-siakan. Shalat-shalat telah kita lalaikan dan kita pun bergerak.. Singkat kata, kita hadir pada perkara-perkara yang dilarang dan absen pada perkara-perkara yang diperhatikan.
Berdusta kepada Allah, tatkala kita mengaku mencintai Rasulallah yang mulia dan Nabi yang Agung, namun kita menyia-nyiakan sunnahnya, menyepelekan warisannya, dan menempuh jalan selainnya. Abu Dawud Ath-Thai menuturkan kalimat musahabahnya; Sesungguhnya ilmu adalah alat beramal, jika kita menghabiskan umur kita padanya, maka kapan kita akan beramal?
Dengan sedikit amal dari orang yang berilmu dan berpengetahuan, lalu dia berharap mendapat derajat tertinggi, maka hal ini ibarat lari melaju fatamorgana, bahkan disebut oleh Ma'ruf Al-Karkhi sebagai kedunguan. Dia berkata, "Mencari surga tanpa amal adalah dosa, menunggu syafaat tanpa sebab adalah bentuk ketertipuan, berharap mendapatkan rahmat dari orang yang tidak taat adalah kebodohan dan kedunguan."
Terdapat perbedaan antara harapan dan angan-angan, karena angan-angan disertai kemalasan, sedangkan harapan disertai kesungguhan dan kerja keras.
Yahya bin Muadz berkata: Ketertipuan yang paling besar adalah betah dalam dosa dengan mengharapkan pengampunan tanpa penyesalan, mengharapkan dekat kepada Allah tanpa diiringi ketaatan, menunggu tanaman surga dengan menabur benih neraka, mencari negri orang-orang yang taat dengan kemaksiatan, mengharapkan balasan tanpa amal, dan berangan-angan kepada Allah dengan menyia-nyiakan perintah-nya.[1]
Islam menganjurkan umatnya mencintai ilmu. Allah swt bahkan berjanji meninggikan derajat orang-orang berilmu "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." Demikian firman Allah swt dalam surat Al-Mujadilah ayat 11.
Begitu pentingnnya kedudukan ilmu dalam Islam, sampai-sampai ada sebagian ulama' berpendapat bahwa kedudukan ilmu jauh lebih tinggi dibanding amal (ibadah). Pendapat sebagian ulama' ini cukup beralasan karena Islam menuntut umatnya mempunyai ilmu yang cukup sebagai bekal untuk melaksanakan ibadah. Contohnya adalah shalat. Pelaksanaan shalat tidak akan sempurna jika orang yang melaksanakannya tidak mengetahui cara-cara berwudlu', bersuci, membaca Al-Qur'an dengan betul (tartil) dan rukun-rukun shalat.pendapat bahwa ilmu lebih tinggi kedudukannya dibanding amal adalah untuk meningkatkan orang-orang yang meremehkan ilmu dan malas untuk menuntut ilmu, karena salah menafsirkan pernyataan bahwa ilmu tidak bermanfaat kecuyali disertai amal. Hadis rasulullah SAW yang menguatkan pendapat para ulama' yang memandang kedudukan ilmu jauh lebuh tinggi dari amal adalah sebuah hadis yang diriwiyatkan oleh Abu Daud, Tirmidzi, Nasai, dan Ibnu Majah, hadis itu berbunyi:
Khalifah Umar bin Abd. Aziz pernah berkata demikian "Barangsiapa melakukan suatu pekerjaan tanpa ilmu tentang itu, maka yang dia rusak lebih banyak daripada yang ia perbaiki". Karena ia akan melakukan dengan kemauan dirinya sendiri saja dan apa yang ia lakukan tidak mempunyai landasan dan rujukan untuk melakukan pekerjaan tersebut.
Waktu, kesehatan, dan ilmu adalah tiga harta berharga yang tidak ternilai harganya. Dengan waktu, kesehatan, dan ilmu yang kita miliki sebuah kesempatan untuk nenanggapi apa yang menjadi cita-cita kita terbuka lebar. Termasuk untuk meraih sukses dibidang yang kita inginkan. Oleh karena itu, mari kita manfaatkan sebaik mungkin kesempatan ini mulai sekarang juga.[2]
Oleh: M. Mukarrom
Santri: PP. Al-Khoirot
[1] . Syaikh M. Abdul Athi Buhairi Jangan Bersedih Sesudah Kesulitan Ada Lemudahan (Latahzan Inna Ma'al Usri Yusro) Hal 266-267. Perc: PUSTAKA AL-KAUTSAR Jl. Cipinang Maura Raya 63 Jakarta Timur 1340, 2006 (Edisi Revisi)
[2] . Eko Sugiantao, Sukses Dunia Akhirat Hal: 65-64, Perc: Sketsa, Th 2007
Tweet |
0 comments: