K
ami mengajar dari jam 7:30 pagi hingga jam 3:40 sore. Jam Sore banyak murid yang sudah Gerah ketika mereka berada di ruangan.” The Show Must Goes On” kewajiban harus tetap dilaksanakan dan kami (Guru) pantang menyerah untuk mengajar dengan penuh semangat. Kami harus membuat suasana belajar menyenangkan selama 2 X 45 Menit ke depan. Saya Juga ingin berbagi tentang seorang guru yang juga saya mengangap beliau professional walaupun masih berusia Muda. Pak M. Nur, S.Pd, seorang guru MATEMATIKA Yang mempunyai metode menyenangkan dalam mengajar, siswa relaks bertanya, dan beliau juga sangat ingin tahu tentang kepribadian muridnya sehingga beliau sangat disenangi oleh murid – muridnya.Betahnya Murid belajar di dalam kelas juga tidak terlepas dari karakter guru dalam menyampaikan materi sehingga tak jarang murid menginginkan guru tersebut gara mengajari mereka hingga mereka tamat dari sekolah tersebut. Tak jarang juga, kalau peran seorang guru di anggap sebagai pemeran “antagonis” atau sebutan “Killer”di dalam kelas sehingga murid merasa kalau pembelajaran tidak “PAKEM”
Jatuh cintanya murid kepada Guru membuat mereka mempunyai rasa dan kemauan untuk lebih mendalami pelajaran yang di sampaikan. Pengalaman saya ketika masih belajar di Senior High school di Ulumuddin Islamic Boarding School di Tahun 2000 sampai dengan 2003. Dulu Guru Bahasa Inggris kami bernama Mr. Munawar Abu Bakar, beliau begitu semangat ketika mengajar dan selalu memompa semangat kami tentang “pentingnya Bahasa Inggris di Zaman Era Globalisasi”. Percaya atau tidak, banyak kawan – kawan seperjuangan saya, selalu ingin diskusi, short conversation Practice, dan doing English Exercise bersama di lingkungan Dayah meskipun dengan Bahasa Inggris Ala Aceh. Sampai hari ini saya masih mengingat kenangan bersama beliau. Hasilnya banyak di antara letting 2003 yang bahasa Inggrisnya masih lumayan hingga sekarang.
Banyak hal terkadang terabaikan ketika guru Mengajar di dalam kelas :
1.Kejar Materi dan kejar silabus
Guru yang merasa tidak nyaman dalam menyampaikan materi alias takut ketinggalan silabus, tak ayal kalau siswa merasa kalang kabut dalam menerima pelajaran dan mereka hanya menjadi penonton yang budiman dan malas untuk bertanya.
2.Kurang Mengenal si Anak Didik.
Anak didik yang jarang disebut atau dipanggil namanya biasanya mereka akan merasa acuh dan merasa kurang diperhatikan, sehingga banyak murid yang pendiam hanya merasa kalau pelaran yang disampaikan hanya buat mereka yang rangking 1, 2 atau 10 besar. Pengalaman seperti ini juga pernah saya rasakan ketika saya bersekolah di sebuah sekolah menengah pertama negeri Favorit di Kecamatan Syamtalira Aron Aceh Utara. Malah ada yang salah dalam memberikan nilai siswa (hehehe padahal Murid tersebut sudah pindah, Koq nilainya ada ya?)
3. Memberian Reward (penghargaan) kepada siswa yang sebelumnya acuh dan sering cabut dari kelas.
Nah ini adalah satu saran dari Pak Azhari Banta Ali kepada saya sebelum saya mengajar, dan terbukti kalau siswa yang dahulunya malas, tidak semangat, mengantuk dan sering cabut. Dengan diberikan pinsil atau permen mereka merasa diperhatikan dan semakin semngat untuk Belajar.
4.Terlalu Kaku
5.Jarang memberikan Nasehat atau pengalaman orang sukses berawal dari ketidakmampuanya.
15 menit sebelum mengakhiri pelajaran, menurut saya baiknya digunakan untuk memberikan nasehat atau motivasi untuk para anak didik. Pembelajaran menjadi semakin menarik dan menambah keakraban dengan si murid.
Semoga kita semakin baik dalam mencerdaskan anak bangsa. Mengajar mereka seperti mengajar anak kita sendiri. Mungkin saya juga masih sangat kekurangan dalam segala hal, dan juga saya masih termasuk guru junior yang masih harus banyak belajar dari Guru – guru yang sudah senior. Tulisan singkat saya ini adalah sebuah Curhat dari pengalaman – pengalaman yang saya alami dan sobat-sobat guru yang lain. Dan tulisan ini akan saya simpan di dalam Tas Guru Aceh (Berjuang Untuk Belajar Dan Mengajar Untuk Mencerdaskan Generasi Bangsa).
Tweet |
0 comments: